Wednesday, January 23, 2008

Tiga Kelemahan Manusia (Bagian 1)

Pada suatu ketika, tersebutlah sebuah kerajaan besar yang bernama Superkulon. Kerajaan ini dipimpin oleh seorang raja yang haus kekuasaan, yaitu All Karsa. Dalam menjalankan pemerintahan, All Karsa yang grusa-grusu dan tidak seberapa cerdas ini sangat bergantung kepada penasehat kerajaannya: Smart Sulicik, yang sangat cerdik dan penuh pertimbangan dalam menjalankan segala tindakan.

Cita-cita All Karsa adalah menjadikan Superkulon sebagai kerajaan yang terbesar dan terkuat di bumi ini, sehingga menaklukkan dan menjajah kerajaan2 lain yang tidak mengakuinya, adalah pekerjaannya sehari-hari. Hal ini berlangsung beberapa saat lamanya, hingga tibalah waktu itu. Waktu di mana All Karsa mendengar adanya kerajaan baru di daerah timur yang terkenal dengan kemakmuran dan kebudayaannya, yaitu Adiluhung.

Mendengar kabar ini, All Karsa sangat panik dan marah. “Serbu, habiskan Adiluhung sekarang juga! Jangan biarkan ada yang tersisa!” perintahnya dengan suara berapi-api.

“Maaf, Paduka, bolehkah saya berbicara?” sela Smart Sulicik (SS), ketika panglima kerajaan beranjak untuk menindaklanjuti titah All Karsa (AK).

AK: “What’s up? Bicaralah segera, Sulicik!” (namanya juga Superkulon, jadi bicaranya juga kebarat2an:)). Panglima, tunggu dulu… aku ingin dengar kata2nya!”

SS: “Bagaimana kalau Adiluhung kita beri hadiah saja, Paduka…jangan diserang?”

AK: “Whaattt! Are you out of your mind? Bicara yang benar atau pergi dari hadapanku sekarang juga, Sul!” (Wajahnya merah padam menahan marah).

SS: “Pad, saya minta ijin untuk bicara berdua saja.”

AK: “OK, semuanya, tinggalkan saya berdua dengan Smart, cepat!!!”

***

Singkat cerita, Smart berhasil meyakinkan Karsa, seperti biasa, dan berangkatlah utusan Superkulon di bawah pimpinan Smart, dengan membawa berbagai hadiah emas dan perak bagi kerajaan Adiluhung. Setelah beberapa waktu, perjalanan iring2an pasukan berkuda yang amat sangat juaaauuuh itu pun sampailah di tujuan, dan langsung dibawa menghadap pada rajanya Adiluhung: Manut Kaya.

Manut Kaya, yang sangat terkejut dengan iring2an pembawa hadiah itu, menyambut Smart dan rombongan dengan sangat baik. Bahkan Smart diajak untuk berkeliling sekitar istana, untuk melihat situasi kehidupan rakyat Adiluhung. Setelah cukup mendapatkan informasi yang diperlukannya, Smart dan pasukan pun kembalilah ke Superkulon, dibekali dengan berbagai hadiah hasil bumi dari Adiluhung.

***

Setibanya di Superkulon, Karsa langsung mengadakan pertemuan pribadi dengan Sulicik.

AK: “Kumaha situasi Adiluhung, Sul?”

SS: “Wah, hebat pisan, Pad! Rempah2nya melimpah, tanahnya subur, rakyatnya ramah, sopan, dan sangat menghormati budaya leluhurnya. Sesuai pisan, lah…dengan namanya! Paduka bisa melihat dari berbagai hasil bumi yang dihadiahkannya kepada Superkulon.”

AK: “Wah, very very dangerous, nih! Jadi kamu setuju, ‘kan… kalau kita segera menghancurkan si Adiluhung itu? Kalau tidak, bisa2 kita yang dikuasai mereka… no way, man!”

SS: “Justru sebaliknya, Pad…kita harus bersikap manis terhadap mereka, kalau Paduka ingin kita menguasainya…” (sambil menyeringai penuh arti).

AK: “Maksud you apa? Kok cengar-cengir kayak kuda gitu?”

SS: (spontan menghapus cengiran termanisnya) “Kita buat mereka bergantung pada kita, Pad… jika hal itu sudah terjadi, kita akan bisa menguasainya dengan mudah… tanpa perlu mengeluarkan tenaga, senjata, apalagi korban jiwa!”

AK: “Hmmm…I’m listening…” (dengan wajah mulai terkombinasikan antara penasaran dan bingung).

Smart pun mendekati Karsa, dan membisikkan rencananya… disambut dengan sumringah wajah Karsa, dan tawa membahananya beberapa saat kemudian, mengejutkan para penjaga yang sedang sibuk bermain gaple di depan kamarnya.

***

Tak lama berselang, kembali Smart mengunjungi Adiluhung. Kali ini dengan membawa setumpuk makanan dan titipan proposal dari Karsa, yang tentu saja, ditulis oleh Smart sendiri, dengan cap jempol peresmian dari Karsa. Pembicaraan kali ini berlangsung lebih lama. Tawaran Karsa untuk memberikan bantuan senjata sebagai sarana peningkatan pertahanan dari serangan kerajaan lain dibahas dengan alot. Para penasehat kerajaan Adiluhung bersikukuh untuk menolak tawaran tersebut, karena Adiluhung adalah kerajaan yang cinta damai.

Smart Sulicik bukannya tak mengetahui hal itu. Sementara menunggu hasil rapat, dia ditemani pengawal Adiluhung untuk kembali melihat2 sekitar istana. Berbagai pertanyaan dilontarkannya, mulai dari hasil bumi utama, cara mereka bercocok tanam, dsb.. Ketika 2 hari berlalu tanpa keputusan yang jelas, akhirnya Smart meminta Manut Kaya untuk bicara berdua dengannya, dengan membawa beberapa butir permata. Dan keesokan harinya, kembalilah Smart dan pasukan ke kampung halamannya dengan senyum lebar: Raja Manut Kaya menyetujui proposalnya!

***

Pulangnya Smart segera berlanjut dengan kesibukan luar biasa di seantero Superkulon. Para pandai besi dikumpulkan, untuk membuat senjata khusus bagi Adiluhung. Semua senjata yang dibuat ini harus memenuhi satu syarat: kekuatannya harus lebih lemah dari pada senjata milik Superkulon! Itulah sebabnya, para ahli senjata di Superkulon diperintahkan untuk menentukan titik terlemah dari masing2 senjata, dan mengajarkan pada para pandai besi tersebut untuk mewujudkannya, sehingga barang yang lebih ringkih tersebut terlihat sama kuat dengan contoh senjata yang diberikan pada Raja Manut Kaya!

Singkat cerita, terkumpullah semua senjata tersebut, dan berangkatlah Smart beserta pasukannya, masih dengan membawa makanan produksi Superkulon seabreg2, seperti sebelumnya.

***

Kali ini kedatangan Smart disambut langsung oleh Manut Kaya dan para penasehatnya dengan gembira. Pertanyaan pertama yang diajukan oleh Manut Kaya adalah,”Smart, masihkah kaubawa lagi makanan yang nikmat itu? Yang putih dan lembut, serta balok kuning yang gurih itu?”

SS: “Masih Paduka, yang putih itu roti namanya, dan balok kuning adalah keju. Kali ini kami membawa lebih banyak lagi roti dan keju, cukup untuk seluruh rakyat Adiluhung.”

Kemudian roti dan keju itu dibagi2kan pada seluruh hadirin. Semuanya langsung terpikat pada kenikmatan makanan tersebut, walaupun para pengawal istana masih mengerenyitkan wajahnya setiap menggigit keju. Melihat hal itu, tersenyumlah Si Smart. Tiba saatnya langkah kedua dilancarkan.

SS: “Paduka, bila berkenan, kami bersedia melatih para pemuda dari Adiluhung untuk membuat roti dan keju di negeri kami, sehingga Paduka dapat selalu menikmati makanan ini….”

MK: “Wah, itu ide bagus banget. Pasti para penasehatku setuju, bener, tho?” (sambil memandang ke arah para penasehatnya yang sedang sibuk menikmati roti dan keju ini).

Tanpa suara yang jelas karena sibuk mengunyah, mereka hanya mengangguk2, dan terus melahap makan itu tanpa henti.

MK: “Eh, tapi biayane piro? Mahal, ndak?”

SS: “Ya nggak, lah…Pad…gratis kok… asal para pemuda itu bersedia untuk tinggal di negeri kami selama beberapa waktu, karena pembuatan roti dan keju ini susah dan makan waktu yang cukup lama.”

MK: “Sip, lah…kami pilih saja pemuda2 yang cerdas dan kuat, supaya mereka bisa cepat memahami dan menularkan ilmunya kepada lainnya….”

Maka kali ini Smart kembali dengan beberapa pemuda Adiluhung yang cerdas dan kuat, serta permintaan untuk menambah jumlah senjata, plus berbagai harta benda dan hasil bumi sebagai pembayaran senjata dan ucapan terima kasih untuk pendidikan para pemuda itu.

***

(Bersambung ke sini)
( Dari sini)