Wednesday, February 27, 2008

Menguak Kedudukan Doa dan Energi yang Ditimbulkannya

Berikut ini adalah materi pengajian keluarga yang saya ikuti minggu lalu, dengan terima kasih dan harapan pada Ust. Kholid, semoga tidak keberatan tulisannya ditampilkan di sini. Semoga bermanfaat....



MENGUAK KEDUDUKAN DOA DAN ENERGI YANG DITIMBULKANNYA

Oleh : Ust. Kholid Sholeh

 

PERAN DAN FUNGSI DO’A

 

Rasulullah SAW bersabda “ addu’a mukhul ibadah”. Do’a adalah otak/ intisari ibadah. Mengapa demikian? Karena ketika seseorang sedang berdo’a sebenarnya ia sedang memposisikan diri sebagai seorang hamba yang butuh pertolongan Maha Penciptanya. Bahkan sampai ada hadits yang mengatakan, “Tuhan marah kalau seorang hamba tidak pernah / jarang berdoa”. Karena seorang hamba yang tidak mau berdo’a berarti dia seorang yang sombong.

 

KEPASTIAN IJABAH

 

Dalam sebuah hadits dinyatakan bahwa semua do’a pasti diijabah, Umar RA menimpali “Kalau begitu berdo’a saja yang banyak”. Rasul SAW menjawab, “Sebanyak apapun permintaan yang diijabah oleh Allah SWT, akan merupakan amat sangat sedikit sekali jika dibandingkan dengan apa yang dimiliki Allah SWT yang tidak terbatas dan tidak akan pernah habis”.

 

 

MEKANISME IJABAH DO’A

 

Berdasarkan ayat wa idza sa’alaka ‘ibadi ‘anni fainni qorib ujibu da’watadda’i idza da’ani, bahwa setiap do’a pasti diijabah, hanya saja ada mekanismenya. Dan mekanisme ijabah do’a adalah salah satu aturan main yang diterapkan Allah SWT dalam kehidupan. 

 

Dalam mekanisme ijabah ada tiga sistem:

 

1.     Diijabah sesuai dengan permintaan, minta merah dikasih merah, mita apel dikasih apel, minta sehat dikasih sehat, yang belum nikah minta nikah di kasih nikah, yang minta tambah istri juga dikasih tambah. Ijabah macam ini disebut sebagai ijabah yang sesuai dengan permintaan.

 

2.     Diijabah tidak dalam bentuk yang sesuai dengan permintaan tetapi seimbang dengan yang diminta. Jika anak balita di pagi hari minta es krim, kemudian dikatakan kepadanya ”jangan es krim nanti sakit perut, ini saja roti”. Artinya yang diminta adalah es krim dan yang diberikan adalah roti yang merupakan suatu yang seimbang tapi tidak sesuai dengan apa yang diminta. Begitu juga terkadang seseorang berdo’a minta rizqi harta tetapi yang diijabah rizqi kesehatan. Hal seperti ini merupakan ijabah yang seimbang tapi tidak sesuai permintaan.

 

3.     Diijabah dalam bentuk tabungan deposito yang akan dicairkan ketika menghadapi kesulitan baik di dunia atau di akhirat kelak.

 

PENYESALAN ORANG YANG JARANG BERDO’A

 

Di hari akherat nanti banyak orang yang menyesal karena selama hidup di dunia tidak banyak berdo’a, penyesalan itu timbul terutama:

 

Ø      Ketika melihat bahwa do’a yang tidak diijabah di alam dunia ia dapatkan ijabahnya dalam bentuk tabungan deposito yang dicairkan di akherat.

 

Ø      Ketika mengalami bahwa mayoritas do’a yang diijabah di alam dunia lebih banyak dipakai untuk ma’siat yang mengakibatkan dosa dari pada pahala, atau hanya sebatas dikoleksi, ditinggal mati dan akhirnya tidak memberikan kontribusi apapun untuk kehidupan akheratnya yang abadi. Artinya lebih banyak jumlahnya yang tertinggal di alam dunia dari pada yang terbawa kontribusinya ke akherat.

 

Ø      Ketika melihat bahwa kesabaran menghadapi musibah di dunia, rewardnya (kredit point) sangat besar di akherat. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan seseorang dengan nada penuh penyesalan dalam sebuah hadits: ”Kalau tau begitu besar reward kesabaran menghadapi musibah, maka sewaktu hidup di alam dunia saya siap bersabar menerima musibah walau sampai badan ini disobek-sobek dengan gunting sekalipun”. Di samping memang banyak hadits yang senada, jangankan musibah yang besar, duri yang melukai kaki saja mengandung ampunan, pahala dan derajat yang tinggi”.

 

Hal-hal seperti ini merupakan bagian dari ”aturan main” yang harus dipahami sehingga ketika menghadapi agenda apapun di dunia, tidak akan pernah goyah, sedih, stress dan sebagainya, khususnya ketika merasa do’anya belum diijabah.

 

Maka sebenarnya yang terberat dalam memahami agama adalah memahami ”aturan main” yang diterapkan oleh Allah SWT dalam kehidupan di dunia ini. Kalau hal-hal yang sifatnya seperti syariat, tidak terlalu sulit untuk dapat dipahami mengingat banyak buku / kitab yang mudah didapat dan dibaca, tinggal memilihnya.

 

FAKTOR YANG MEMPERCEPAT IJABAH

 

Berdasarkan keterangan diatas, bahwa setiap do’a akan diijabah melalui salah satu dari tiga sistem. Disamping itu ada beberapa faktor yang menjadikan do’a lebih cepat dalam proses ijabahnya, diantaranya ;

 

1)           Faktor tempat.

§         Berdo’a di Garut dengan di Masjidil Haram akan berbeda masa ijabahnya.

 

2)           Faktor waktu.

§         Berdo’a di siang hari dengan berdo’a di waktu menjelang subuh akan berbeda ijabahnya. Rasul SAW menyebutkan saat ijabah yaitu tsulutsul-akhir minal-lail  sepertiga akhir dari malam (jam 02.00. - 04.00.).

§         Setiap muslim dalam satu minggu punya saat ijabah satu hari. Dan dalam satu hari ada jam-jam tertentu sebagai saat ijabah baginya.

§         Ada hadits yang mengatakan bahwa setiap malam Alloh SWT  memberikan saat ijabah yang dirahasiakan, siapapun yang berdo’a tepat pada waktu tersebut pasti diijabah. Makanya bagi orang yang mengetahui aturan main seperti ini apalagi sedang dalam kondisi ‘emergency’, ia berdo’a mulai dari setelah sholat maghrib hingga sholat subuh tidak tidur. Karena dengan cara demikian ia pasti mendapatkan saat ijabah yang ada pada malam itu.

 

3)           Faktor kekhusyu’an.

§         Do’a yang dilakukan dengan penuh kekhusyu’an akan lebih cepat ijabahnya dari yang tidak khusyu’.

 

4)                  Faktor cara berdo’a;

§         Bil-qaul : 

o       Berdo’a dengan cara mengucapkan permintaannya.

o       Berdo’a dengan puji-pujian kepada Alloh SWT. Berdasarkan hadits qudsi ”Idza syaghola abdi tsana’uhu alayya ’an mas’alati a’thoituhu afdlola ma u’this-sailin” Bila hambaku lebih disibukkan okeh puji-pujian kepadaKu dari pada sekedar minta tanpa memuji, Aku akan mengijabah do’anya dengan yang lebih baik dari lainnya.

§         Biqiroatil-Qur’an

o       Berdo’a dengan memperbanyak membaca al-Qur’an. Dalam kitab-kitab tafsir banyak keterangan yang bersumber dari hadits bahwa barang siapa membaca ayat-ayat tertentu atau surat tertentu akan mendapatkan ijabah dalam hal tertentu, seperti baca surat al-Waqi’ah akan diberi rizqi yang banyak dan banyak lagi contohnya.

§         Bish-sholawat

o       Berdo’a dengan memperbanyak baca sholawat nabi. Dalam  beberapa hadits dinyatakan bahwa barang siapa membaca sholawat satu kali, Alloh SWT membalasnya dengan 10 (sepuluh) kali lipat sholawat yang isinya mengandung 10 dosa diampun 10 pahala diberikan 10 derajat dinaikkan. Dari jumlah 10 (sepuluh) tadi, 3 (tiga) bagian dikeluarkan untuk menyelesaikan mas’alah di alam dunia, dan sisanya 7 (tujuh)  bagian dikeluarkan untuk mempermudah kesulitan di alam akherat.

§         Bil-isyarah

o       Berdo’a dengan dibarengi isyarat. Ketika Rosul SAW bersama sahabat istisqo’ beliau berdo’a dengan dibarengi isyarat, yaitu memindahkan selendang dari bahu kiri ke bahu kanan sebagai isyarat perubahan kondisi.

o       Rasul SAW membuka sorban Abu Hurairoh RA sambil berdo’a kemudian dipakekan kembali di kepalanya agar tidak mudah lupa.

o       Melempar jumrah sewaktu haji merupakan contoh berdo’a dibarengi dengan isyarat melempar iblis.

o       Do’a yang dibarengi dengan isyarat ini kemudian banyak dikembangkan oleh para ulama dalam upacara ritual adat budaya suku-suku di Indonesia.

 

5)           Faktor kondisi. Seperti hadits :

§         Ittaquu da’watal madzlum, fainnahu laisa bainahu wa bainallohi hijabun, hati-hati dengan do’a orang yang madzlum (didzolim/ dianiaya).

§         Du’au as-shoimi ‘inda iftharihi mustajab yaitu seseorang yang berdo’a dalam kondisi berbuka puasa.

§         Du’aulmusafiri mustajab, dalam kondisi perjalanan.

§         Addu’a ’inda nuzulul ghaits, pada waktu hujan.

 

6)           Faktor posisi.

§         Do’a dari posisi seorang ibu untuk anaknya lebih cepat dari do’a orang lain.

§         Do’a seorang guru untuk muridnya lebih cepat dari do’a orang lain.

§         Do’a seorang rasul untuk umatnya lebih cepat dari yang lain.

§         Do’a seorang pemimpin untuk rakyatnya lebih cepat dari yang lain.

 

7)           Faktor jumlah orang yang berdo’a.

§         Do’a dilakukan oleh 1000 orang berbeda dengan do’a sendiri. Berdasarkan faktor ini maka tradisi istighotsah jadi tumbuh subur di masyarakat.

 

8)           Faktor keyakinan.

§         Dari sebuah hadits, ‘Kalau engkau mampu menggunakan keyakinan yang ada di hatimu, maka gunung-pun bisa rata dengan do’amu’.

 

9)           Faktor hati orang yang berdo’a (maqam/ derajatnya).

§         Do’a orang yang maqomnya tinggi di sisi Alloh SWT, berbeda dengan yang rendah. Tinggi-rendahnya maqom seseorang tergantung tinggi-rendahnya maqom Alloh SWT di dalam hatinya. Jika Alloh SWT dinomer-satukan di hati sesorang dengan selalu mendahulukan perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya di atas kepentingan hawa nafsunya, maka Alloh SWT akan menomer-satukan do’anya dengan mempercepat ijabahnya.

 

10)       Faktor bacaan.  

§         Berdasarkan hadits, ” Allah SWT mempunyai ismul-a’dhom, barang siapa berdo’a dengan ismul-a’dhom tersebut akan diijabah dengan cepat”.

§         Rasul SAW suatu saat setelah sholat subuh berjama’ah di masjid, didatangi Jibril bahwa; “Ada sahabat berdo’a begitu bagus kalimatnya sehingga malaikat menyerahkan nilainya kepada Allah SWT”. Seketika Rasul SAW bertanya, “Siapa yang membaca do’a ?”,  Saya” jawab seorang sahabat. Kemudian Rasul SAW menyuruhnya membaca do’a. Ada dua versi tentang do’a yang dibaca. Versi pertama; Alhamdulillahi hamdan yuwafi ni’amahu wayukafiu mazidah . . . . , Versi kedua; Alhamdu lillahi hamdan katsiron thoyyiban mubarokan kama yuhibbu robbuna wa yardlohu.

 

11)      Faktor makanan halal.

§         Rosul SAW bersabda “Bila seseorang banyak makan harta haram, maka do’anya tidak didengar/ tidak cepat diijabah”.

 

12)       Faktor pemahaman, keilmuan dan ma’rifat.

§         Nabi Ibrahim AS ketika akan dilempar ke api, beliau paham bahwa api remote control-nya di tangan Alloh SWT, dan apipun menjadi sejuk oleh perintah-Nya: Ya naru kuuni bardan wa salaman ala Ibrohim.

§         Bil-amal

o       Ketika seseorang pergi ke pasar untuk berdagang, sebenarnya ia sedang minta rizqi, tidak dengan perkataan, tetapi dengan amal/  berdagang di pasar.

o       Berdo’a dengan memperbanyak shodaqah. Menurut sebuah hadits; ”Shodaqoh dapat menutup minimal 70 (tujuh puluh) pintu bala’/ musibah” dan hadits ”Shodaqoh dapat memadamkan murka Tuhan”.



Nishi Chiba, 27 Februari 2008 (19.03 JST)

*Rehat bentar...abis kelar satu setoran*

Menguak Kedudukan Doa dan Energi yang Ditimbulkannya

Berikut ini adalah materi pengajian keluarga yang saya ikuti minggu lalu, dengan terima kasih dan harapan pada Ust. Kholid, semoga tidak keberatan tulisannya ditampilkan di sini. Semoga bermanfaat....



MENGUAK KEDUDUKAN DOA DAN ENERGI YANG DITIMBULKANNYA

Oleh : Ust. Kholid Sholeh

 

PERAN DAN FUNGSI DO’A

 

Rasulullah SAW bersabda “ addu’a mukhul ibadah”. Do’a adalah otak/ intisari ibadah. Mengapa demikian? Karena ketika seseorang sedang berdo’a sebenarnya ia sedang memposisikan diri sebagai seorang hamba yang butuh pertolongan Maha Penciptanya. Bahkan sampai ada hadits yang mengatakan, “Tuhan marah kalau seorang hamba tidak pernah / jarang berdoa”. Karena seorang hamba yang tidak mau berdo’a berarti dia seorang yang sombong.

 

KEPASTIAN IJABAH

 

Dalam sebuah hadits dinyatakan bahwa semua do’a pasti diijabah, Umar RA menimpali “Kalau begitu berdo’a saja yang banyak”. Rasul SAW menjawab, “Sebanyak apapun permintaan yang diijabah oleh Allah SWT, akan merupakan amat sangat sedikit sekali jika dibandingkan dengan apa yang dimiliki Allah SWT yang tidak terbatas dan tidak akan pernah habis”.

 

 

MEKANISME IJABAH DO’A

 

Berdasarkan ayat wa idza sa’alaka ‘ibadi ‘anni fainni qorib ujibu da’watadda’i idza da’ani, bahwa setiap do’a pasti diijabah, hanya saja ada mekanismenya. Dan mekanisme ijabah do’a adalah salah satu aturan main yang diterapkan Allah SWT dalam kehidupan. 

 

Dalam mekanisme ijabah ada tiga sistem:

 

1.     Diijabah sesuai dengan permintaan, minta merah dikasih merah, mita apel dikasih apel, minta sehat dikasih sehat, yang belum nikah minta nikah di kasih nikah, yang minta tambah istri juga dikasih tambah. Ijabah macam ini disebut sebagai ijabah yang sesuai dengan permintaan.

 

2.     Diijabah tidak dalam bentuk yang sesuai dengan permintaan tetapi seimbang dengan yang diminta. Jika anak balita di pagi hari minta es krim, kemudian dikatakan kepadanya ”jangan es krim nanti sakit perut, ini saja roti”. Artinya yang diminta adalah es krim dan yang diberikan adalah roti yang merupakan suatu yang seimbang tapi tidak sesuai dengan apa yang diminta. Begitu juga terkadang seseorang berdo’a minta rizqi harta tetapi yang diijabah rizqi kesehatan. Hal seperti ini merupakan ijabah yang seimbang tapi tidak sesuai permintaan.

 

3.     Diijabah dalam bentuk tabungan deposito yang akan dicairkan ketika menghadapi kesulitan baik di dunia atau di akhirat kelak.

 

PENYESALAN ORANG YANG JARANG BERDO’A

 

Di hari akherat nanti banyak orang yang menyesal karena selama hidup di dunia tidak banyak berdo’a, penyesalan itu timbul terutama:

 

Ø      Ketika melihat bahwa do’a yang tidak diijabah di alam dunia ia dapatkan ijabahnya dalam bentuk tabungan deposito yang dicairkan di akherat.

 

Ø      Ketika mengalami bahwa mayoritas do’a yang diijabah di alam dunia lebih banyak dipakai untuk ma’siat yang mengakibatkan dosa dari pada pahala, atau hanya sebatas dikoleksi, ditinggal mati dan akhirnya tidak memberikan kontribusi apapun untuk kehidupan akheratnya yang abadi. Artinya lebih banyak jumlahnya yang tertinggal di alam dunia dari pada yang terbawa kontribusinya ke akherat.

 

Ø      Ketika melihat bahwa kesabaran menghadapi musibah di dunia, rewardnya (kredit point) sangat besar di akherat. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan seseorang dengan nada penuh penyesalan dalam sebuah hadits: ”Kalau tau begitu besar reward kesabaran menghadapi musibah, maka sewaktu hidup di alam dunia saya siap bersabar menerima musibah walau sampai badan ini disobek-sobek dengan gunting sekalipun”. Di samping memang banyak hadits yang senada, jangankan musibah yang besar, duri yang melukai kaki saja mengandung ampunan, pahala dan derajat yang tinggi”.

 

Hal-hal seperti ini merupakan bagian dari ”aturan main” yang harus dipahami sehingga ketika menghadapi agenda apapun di dunia, tidak akan pernah goyah, sedih, stress dan sebagainya, khususnya ketika merasa do’anya belum diijabah.

 

Maka sebenarnya yang terberat dalam memahami agama adalah memahami ”aturan main” yang diterapkan oleh Allah SWT dalam kehidupan di dunia ini. Kalau hal-hal yang sifatnya seperti syariat, tidak terlalu sulit untuk dapat dipahami mengingat banyak buku / kitab yang mudah didapat dan dibaca, tinggal memilihnya.

 

FAKTOR YANG MEMPERCEPAT IJABAH

 

Berdasarkan keterangan diatas, bahwa setiap do’a akan diijabah melalui salah satu dari tiga sistem. Disamping itu ada beberapa faktor yang menjadikan do’a lebih cepat dalam proses ijabahnya, diantaranya ;

 

1)           Faktor tempat.

§         Berdo’a di Garut dengan di Masjidil Haram akan berbeda masa ijabahnya.

 

2)           Faktor waktu.

§         Berdo’a di siang hari dengan berdo’a di waktu menjelang subuh akan berbeda ijabahnya. Rasul SAW menyebutkan saat ijabah yaitu tsulutsul-akhir minal-lail  sepertiga akhir dari malam (jam 02.00. - 04.00.).

§         Setiap muslim dalam satu minggu punya saat ijabah satu hari. Dan dalam satu hari ada jam-jam tertentu sebagai saat ijabah baginya.

§         Ada hadits yang mengatakan bahwa setiap malam Alloh SWT  memberikan saat ijabah yang dirahasiakan, siapapun yang berdo’a tepat pada waktu tersebut pasti diijabah. Makanya bagi orang yang mengetahui aturan main seperti ini apalagi sedang dalam kondisi ‘emergency’, ia berdo’a mulai dari setelah sholat maghrib hingga sholat subuh tidak tidur. Karena dengan cara demikian ia pasti mendapatkan saat ijabah yang ada pada malam itu.

 

3)           Faktor kekhusyu’an.

§         Do’a yang dilakukan dengan penuh kekhusyu’an akan lebih cepat ijabahnya dari yang tidak khusyu’.

 

4)                  Faktor cara berdo’a;

§         Bil-qaul : 

o       Berdo’a dengan cara mengucapkan permintaannya.

o       Berdo’a dengan puji-pujian kepada Alloh SWT. Berdasarkan hadits qudsi ”Idza syaghola abdi tsana’uhu alayya ’an mas’alati a’thoituhu afdlola ma u’this-sailin” Bila hambaku lebih disibukkan okeh puji-pujian kepadaKu dari pada sekedar minta tanpa memuji, Aku akan mengijabah do’anya dengan yang lebih baik dari lainnya.

§         Biqiroatil-Qur’an

o       Berdo’a dengan memperbanyak membaca al-Qur’an. Dalam kitab-kitab tafsir banyak keterangan yang bersumber dari hadits bahwa barang siapa membaca ayat-ayat tertentu atau surat tertentu akan mendapatkan ijabah dalam hal tertentu, seperti baca surat al-Waqi’ah akan diberi rizqi yang banyak dan banyak lagi contohnya.

§         Bish-sholawat

o       Berdo’a dengan memperbanyak baca sholawat nabi. Dalam  beberapa hadits dinyatakan bahwa barang siapa membaca sholawat satu kali, Alloh SWT membalasnya dengan 10 (sepuluh) kali lipat sholawat yang isinya mengandung 10 dosa diampun 10 pahala diberikan 10 derajat dinaikkan. Dari jumlah 10 (sepuluh) tadi, 3 (tiga) bagian dikeluarkan untuk menyelesaikan mas’alah di alam dunia, dan sisanya 7 (tujuh)  bagian dikeluarkan untuk mempermudah kesulitan di alam akherat.

§         Bil-isyarah

o       Berdo’a dengan dibarengi isyarat. Ketika Rosul SAW bersama sahabat istisqo’ beliau berdo’a dengan dibarengi isyarat, yaitu memindahkan selendang dari bahu kiri ke bahu kanan sebagai isyarat perubahan kondisi.

o       Rasul SAW membuka sorban Abu Hurairoh RA sambil berdo’a kemudian dipakekan kembali di kepalanya agar tidak mudah lupa.

o       Melempar jumrah sewaktu haji merupakan contoh berdo’a dibarengi dengan isyarat melempar iblis.

o       Do’a yang dibarengi dengan isyarat ini kemudian banyak dikembangkan oleh para ulama dalam upacara ritual adat budaya suku-suku di Indonesia.

 

5)           Faktor kondisi. Seperti hadits :

§         Ittaquu da’watal madzlum, fainnahu laisa bainahu wa bainallohi hijabun, hati-hati dengan do’a orang yang madzlum (didzolim/ dianiaya).

§         Du’au as-shoimi ‘inda iftharihi mustajab yaitu seseorang yang berdo’a dalam kondisi berbuka puasa.

§         Du’aulmusafiri mustajab, dalam kondisi perjalanan.

§         Addu’a ’inda nuzulul ghaits, pada waktu hujan.

 

6)           Faktor posisi.

§         Do’a dari posisi seorang ibu untuk anaknya lebih cepat dari do’a orang lain.

§         Do’a seorang guru untuk muridnya lebih cepat dari do’a orang lain.

§         Do’a seorang rasul untuk umatnya lebih cepat dari yang lain.

§         Do’a seorang pemimpin untuk rakyatnya lebih cepat dari yang lain.

 

7)           Faktor jumlah orang yang berdo’a.

§         Do’a dilakukan oleh 1000 orang berbeda dengan do’a sendiri. Berdasarkan faktor ini maka tradisi istighotsah jadi tumbuh subur di masyarakat.

 

8)           Faktor keyakinan.

§         Dari sebuah hadits, ‘Kalau engkau mampu menggunakan keyakinan yang ada di hatimu, maka gunung-pun bisa rata dengan do’amu’.

 

9)           Faktor hati orang yang berdo’a (maqam/ derajatnya).

§         Do’a orang yang maqomnya tinggi di sisi Alloh SWT, berbeda dengan yang rendah. Tinggi-rendahnya maqom seseorang tergantung tinggi-rendahnya maqom Alloh SWT di dalam hatinya. Jika Alloh SWT dinomer-satukan di hati sesorang dengan selalu mendahulukan perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya di atas kepentingan hawa nafsunya, maka Alloh SWT akan menomer-satukan do’anya dengan mempercepat ijabahnya.

 

10)       Faktor bacaan.  

§         Berdasarkan hadits, ” Allah SWT mempunyai ismul-a’dhom, barang siapa berdo’a dengan ismul-a’dhom tersebut akan diijabah dengan cepat”.

§         Rasul SAW suatu saat setelah sholat subuh berjama’ah di masjid, didatangi Jibril bahwa; “Ada sahabat berdo’a begitu bagus kalimatnya sehingga malaikat menyerahkan nilainya kepada Allah SWT”. Seketika Rasul SAW bertanya, “Siapa yang membaca do’a ?”,  Saya” jawab seorang sahabat. Kemudian Rasul SAW menyuruhnya membaca do’a. Ada dua versi tentang do’a yang dibaca. Versi pertama; Alhamdulillahi hamdan yuwafi ni’amahu wayukafiu mazidah . . . . , Versi kedua; Alhamdu lillahi hamdan katsiron thoyyiban mubarokan kama yuhibbu robbuna wa yardlohu.

 

11)      Faktor makanan halal.

§         Rosul SAW bersabda “Bila seseorang banyak makan harta haram, maka do’anya tidak didengar/ tidak cepat diijabah”.

 

12)       Faktor pemahaman, keilmuan dan ma’rifat.

§         Nabi Ibrahim AS ketika akan dilempar ke api, beliau paham bahwa api remote control-nya di tangan Alloh SWT, dan apipun menjadi sejuk oleh perintah-Nya: Ya naru kuuni bardan wa salaman ala Ibrohim.

§         Bil-amal

o       Ketika seseorang pergi ke pasar untuk berdagang, sebenarnya ia sedang minta rizqi, tidak dengan perkataan, tetapi dengan amal/  berdagang di pasar.

o       Berdo’a dengan memperbanyak shodaqah. Menurut sebuah hadits; ”Shodaqoh dapat menutup minimal 70 (tujuh puluh) pintu bala’/ musibah” dan hadits ”Shodaqoh dapat memadamkan murka Tuhan”.



Nishi Chiba, 27 Februari 2008 (19.03 JST)

*Rehat bentar...abis kelar satu setoran*