Monday, December 24, 2007

Grup Lawak Srimulat

Rating:★★★★★
Category:Other
Jadi ingin mengulas grup ini, gara2 membaca berita tentang Mas Bas di MP-nya Mas Barens.

Sejak dulu, keluargaku sangat menyukai acara lawak, komedi, guyonan, banyolan, dan teman2nya. Itulah sebabnya, Abi selalu rajin membeli berbagai kaset lawak, mulai dari Warkop Prambors (saat itu masih banyakan personilnya), jula-juli Kartolo, Ludruk Mandala dengan Kancil dan Kabul-nya yang super kocak, serta Surya Grup yang beken dengan Jalal dan Suprapto (aka. Ester)-nya. Setiap ada waktu luang, kami selalu mendengarkan kaset2 ini bersama2, ditemani berbagai cemilan buatan Ummi.

Di samping itu, berbagai tayangan genre senada di TVRI Sta. Surabaya juga setia kami ikuti. Mulai dari ludruk, Ria Jenaka (Semar cs-nya Sampan Hismanto), ketoprak, dan tak ketinggalan… Srimulat. Yap, grup lawak yang berdiri di Solo sejak 1950 ini memang sangat berkesan bagi kami, terutama bagiku.

Sebetulnya kesan pertamaku terhadap Srimulat tidak begitu “indah”. Yah, saat aku masih TK dulu, tema Srimulat yang tampil di TV selalu berkisar tentang drakula, yang sangat baik diperankan oleh Paimo (menurutku, tidak ada pemeran drakula terbaik selain Paimo ini, asli…riasannya itu super mengerikan;(…apalagi di mata anak TK sepertiku). Itulah sebabnya, aku jarang menonton Srimulat sampai akhir, karena di babak akhir inilah sang drakula selalu muncul, hehehe;).

Ketika itu Srimulat agak jarang muncul di TV, kabarnya karena masih sibuk dengan aksi panggungnya di THR (Taman Hiburan Rakyat) Surabaya, dengan nama Aneka Ria Srimulat, sejak 1961.

Setelah Paimo wafat, Srimulat berganti tema, apalagi setelah bintang baru datang, Gepeng, yang identik dengan sang batur super kocak dengan serbet terselempang di bahu. Pertama kali Gepeng kulihat di acara Galarama (acara yang juga mengorbitkan nama Dorce Gamalama). Tayangan sekitar 10 menit itu sudah cukup untuk mengorbitkan nama Gepeng. Sayangnya, Gepeng ini menghilang secepat meroketnya pula. Setelah Gepeng wafat, tradisi perbaturan ini tetap diangkat sebagai tokoh sentral dalam tema Srimulat selanjutnya, dengan duet legendaris Timbul-Basuki, hingga terakhir kali aku menontonnya di SMA dulu. Setelah itu nama Srimulat sudah jarang terdengar. Berbagai persoalan, terutama hengkangnya beberapa pemain terkenal untuk membentuk grup sendiri, dihadapi oleh Srimulat, sehingga grup yang dipimpin oleh Teguh Slamet Rahardjo ini dinyatakan resmi berakhir tahun 1989.

Pindah ke Bandung untuk kuliah, tentu saja amat sangat mustahil untuk mengharapkan dagelan/komedi ala ludruk atau Srimulat yang sangat kental dengan muatan Jawa Timurannya untuk tampil di TVRI Bandung! Sampai akhirnya, kerinduanku akan lawakan bernuansa Jawa Timuran sedikit terobati, ketika salah satu TV swasta kembali menayangkan grup ini saat kami sekeluarga sudah pindah ke Jakarta.

Akhirnya, setelah sekian lama… bisa juga mendengarkan dagelan dengan dialek2 kocak Jawa Timuran ini! Terus terang, aku sedikit kecewa, karena di acara ini Srimulat menggunakan Bahasa Indonesia, sehingga celetukan2 Jawa Timuran kocak yang biasanya bermunculan menjadi hilang, sehingga lawakan grup tersebut tidak selucu biasanya. Yah, namanya juga siaran nasional, wajar kalau mereka menggunakan Bahasa Indonesia.

Sempat terpikir, kenapa tak dicoba untuk memberikan teks Bahasa Indonesia saja, seperti pada setiap tayangan ketoprak atau pun wayang orang, sehingga dialek2 lucu itu tetap tercipta? Tapi ya sudahlah, sudah ada Srimulat juga bagus, masih bisa menghilangkan kerinduan akan dagelan dan bahasa kampung halaman tercinta;P.

Sayangnya, berbagai masalah, terutama manajemen, tak lepas merundung grup ini. Akhirnya, walaupun banyak sekali pemain muda yang berusaha mempopulerkannya, namun banyak juga yang kebanyakan berakhir di hotel prodeo karena masalah narkoba, Srimulat lambat laun semakin meredup. Ditambah lagi dengan wafatnya beberapa pemain kondangnya, maka Srimulat ini menjadi nyaris tak terdengar.

Grup yang mempunyai semboyan”Lucu adalah aneh dan aneh adalah lucu” ini akhirnya tenggelam, menyisakan kenangan manis dan sejuta tawa bagi para penontonnya, dan berbagai masalah bagi para pemainnya. Memang banyak grup lawak lainnya, namun bagiku, tidak ada yang bisa menggantikan grup Srimulat ini. Ah, Srimulat, I miss you so much!
“Wassalam!” (Asmuni, 1980-an)
***
Nishi Chiba, 24 Desember 2007 (18.15 JST)
*Yang lagi kangen dialog Jawa Timuran*

(Foto diambil dari sini )