Thursday, August 28, 2008

Nasi telah Jadi Bubur… Ayam!

Sudah lama banget aku denger peribahasa ini dari seorang temen, kalau nasi sudah jadi bubur, jangan menyesali si nasinya, tapi gimana caranya bikin bubur ini jadi bubur ayam yang enak. Tapi baru kali ini aku melihat contoh soalnya (halah, emang PR Matematika kali, ya).

 

Ceritanya, sambil makan malem, aku nonton acara TV Champion (di Indonesia ini juga salah satu acara favoritku). Tema kali ini adalah Sand Art selama 50 jam di tepi salah satu pantai Jepun, tapi acaranya sih tetep aja cuman sejam, hehehe. Nah, salah satu tim ini membuat bangunan pasir yang menyerupai Sakurada Familia, salah satu bangunan dengan 4 puri di Spanyol.

 

Setelah bekerja selama 7 jam, tiba2 salah satu personil tim ini meruntuhkan sebuah puri yang sedang dipahatnya. Bayangin aja, 7 jam! Bahkan si MC bilang kalau ini gawat banget. Tapi dengan tenangnya, pas si bapak ini sedang sedih menatap reruntuhan pasir tadi, si ketua tim bilang ke dia,”Ya udah, bikin aja yang itu tea… (in Jepun lho, pastinya ini terjemahan bebas dari Si Bonek saja, hehehe).”

 

Sementara itu hari telah berangsur gelap, dan setelah iklan, tayangan ini kembali lagi dengan memunculkan sang reruntuhan pasir tadi di pagi berikutnya, yang telah berubah menjadi… patahan puri! Yap, sisa pasir tadi berubah menjadi puri yang patah, dan memiliki tekstur ujung patahan yang mirip banget dengan patahan puri tadi di bawahnya, lengkap dengan pahatan ribet serupa seperti ketiga puri utuh lainnya (lihat foto di atas)! Hasilnya? Waduh, maaf banget, tadi nyambi nelepon ke Indonesia, jadinya nggak mudheng juga, si tim ini jadi juara atau nggak, hehehe.

 

Jadi intinya, sih… jika ada nasi telah jadi bubur, jangan buang buburnya, tapi manfaatkanlah bubur tadi semaksimal mungkin, sehingga tetep dapat dinikmati tanpa menimbulkan kemubaziran. Memanfaatkan apa yang ada, Insya Allah akan membuat kita lebih menghargai apa yang dimiliki, dan tidak selalu mengharapkan apa yang ada di luar sana, karena belum tentu itulah yang terbaik bagi kita (edisi sok serius mode on).

***

(Dari sini)

Nishi Chiba, 28 Agustus 2008 (21.30 JST)

*Di tengah setoran tak kunjung padam*