Wednesday, February 13, 2008

Makna Musibah Tergantung Pada Kepada Siapa Musibah Itu Terjadi

Musibah bisa saja terjadi pada setiap orang, terlepas dari dia soleh atau tidak, muslim atau tidak, tua atau muda. Musibah gempa bumi yang terjadi, misalnya, sekaligus menimpa berbagai tipe orang yang tersebut diatas. Lalu, bagaimanakah kita menyikapi musibah?

Agama mengajarkan agar kita mengambil hikmah dari musibah.

Pertama, bagi muslim yang soleh musibah ditujukan untuk menguji keimanan (QS 29: 2-3). Sebab, seorang yang mengaku beriman kepada Allah belum tentu sungguh-sungguh beriman. Karenanya, Allah perlu menguji mereka yang mengaku beriman dengan sesuatu, misalnya, berupa banjir bandang, gempa bumi, penyakit atau kesulitan ekonomi. Jika mereka tetap sabar dan istiqamah di jalan Allah, berarti mereka itulah orang yang sungguh beriman dan Allah akan menaikkan derajatnya sekaligus menghapus sebagian dosa-dosanya melalui musibah ini. Mereka akan mendapat kabar gembira berupa surga dan kenikmatan-kenikmatan yang ada di dalamnya. (QS 41:30).

Kedua, bagi setiap muslim musibah bisa pula sebagai peringatan agar mereka mau kembali ke jalan yang benar (QS 30:41). Allah SWT menegaskan, berbagai musibah terjadi di muka bumi adalah karena ulah manusia itu sendiri (QS 30: 41). Dalam hadis riwayat Al-Hakim dijelaskan, apabila umat manusia melakukan berbagai kemungkaran dan kemaksiatan maka akan datang kepada mereka bencana berupa gempa bumi, kekeringan, dan penyakit-penyakit yang berbahaya. Musibah dahsyat semoga menyadarkan manusia kembali ke jalan-Nya.

Ketiga, musibah juga berarti peringatan dari Allah bahwa sesungguhnya manusia adalah makhluk sangat lemah di hadapan Allah. Kesadaran ini perlu terus ditumbuhkan karena manusia berkecenderungan merasa adigang, adigung, dan adiguna (paling kuat, paling besar, dan paling berguna) sehingga sombong. Kesombongan inilah yang menyebabkan kita sering menolak kebenaran dan meremehkan orang lain. Firman Allah SWT, ''Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung.'' (QS 17: 37).

Keempat, dengan musibah-musibah tersebut Allah SWT barangkali ingin mengambil sebagian hambanya sebagai syuhada. Sekalipun Dia mengutuk manusia dengan bencana, tetapi orang-orang mukmin yang ikut terkena musibah jika bersabar akan mendapat pahala besar. Sebaliknya, bagi yang meninggal dunia mereka adalah syuhada (QS 3: 140).

Kelima, bagi orang-orang yang ingkar dan tidak beriman, suatu musibah tidak lain adalah azab atau siksaan yang ia peroleh di dunia ini. Sesungguhnya musibah tersebut sebagian yang sangat kecil dari siksa akhirat yang didahulukan Allah SWT di muka bumi ini bagi mereka. Azab itu sendiri terjadi ketika manusia yang ada membiarkan berbagai kemaksiatan dan kemungkaran terjadi di sekitarnya tanpa peduli. Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a. mendengar bahwa Rasulullah SAW bersabda : "Sesungguhnya manusia jika mereka melihat orang yang berbuat zholim dan tidak mencegahnya, maka telah dekatlah azab Allah yang akan menimpa mereka seluruhnya" (HR At-Tirmidzi)


Keenam, Allah ingin menguji kesalehan sosial para hamba-Nya yang tidak terkena musibah, apakah mereka terketuk hatinya untuk membantu saudara-saudara mereka yang sedang menderita atau tidak. ''Perumpamaan orang mukmin terhadap orang mukmin yang lain adalah seumpama badan, jika salah satu anggota badan sakit maka seluruh jasad ikut merasakan sakit hingga merasa demam.'' (HR Bukhari dan Muslim).

Ketujuh, musibah alam misalnya gempa bumi sesungguhnya cara Allah untuk menunjukkan tanda-tanda kiamat sehingga memperkuat keyakinan bahwa hari kiamat pasti akan terjadi (QS 56:1-7). Ini agar umat manusia sadar akan adanya kehidupan hakiki di hari akhir, lalu mereka mau berjuang membela kebenaran di muka bumi untuk kebahagiaan di hari akhir.


(Sumber : tulisan Ruswanto Syamsuddin, dan ceramah Ust. Muhsinin Fauzi Lc. diedit sedikit oleh Penjaga Kebun )