Wednesday, September 10, 2008

Suddenly Bahlool Episode 3: Bukan Gula, Tuh!

Chiba, 5 Agustus 2008

Saat itu kami sedang ngumpul2 di rumah salah seorang ibu Jepang, dalam rangka menyambut salah seorang sesepuh Chiba (sebut saja Simbah, walaupun belum sepuh dalam arti harfiah, lho) yang singgah kembali di sini selama beberapa minggu, setelah kembali ke tanah air bulan Maret lalu.

Seperti biasanya acara ngumpul2, acara pokoknya ya cuman ngobrol dan makan. Acara dihadiri oleh banyak orang, mulai bapak-ibu Jepang sampai para pelajar Indonesia.

Ketika hari beranjak malam, salah seorang ibu Jepang ini menawarkan kopi ke semua hadirin. Berhubung saat itu aku sedang asyik ngobrol sambil mengunyah makanan lainnya, jadinya aku tidak menjawab tawaran tersebut.

Setelah beberapa lama, ketika akan mengambil minum, temanku bilang,”Udah nyobain kopinya, belum? Enak, lho!” “Oh, masih ada, ya? Kirain udah abis. Di mana kopinya?” tanyaku sambil mencari gelas kertas yang sudah raib dari meja makan di sampingku.

“Itu tuh, gelasnya di sana,” kata temanku tadi, sambil menunjuk ke meja makan kecil beberapa meter di belakangku. Begitu kembali, aku langsung mengambil kopi di meja makan yang besar tadi, dan mencari gula. Seorang ibu Jepang mengambil stoples berisi gula pasir dalam kemasan kertas, dan Simbah pun mengambilkan satu untukku.

Setelah mengaduk, seperti biasa, kuambil kopi tadi sesendok, ngecek rasanya, sudah manis/belum. Ternyata… asin banget! Spontan aku berkata ke Simbah,”Mas, bukan gula, tuh! Garam!” “Heeeh? Nggak mungkin lah, ini gula lagi!”katanya disambut gumaman persetujuan dari para ibu2 Jepang yang sedang mengobrol bersamanya.

“Yah, cobain deh kalau nggak percaya, masak asin begini?” kataku sambil menyodorkan gelas kopiku tadi ke arahnya. Setelah mencicipi sedikit, Simbah pun bertanya ke ibu Jepang tadi,”Itu gula ‘kan, ya?” “Iya, lah… mana ada garam dipak kayak gini,” sahut salah seorang ibu tadi.

“Lho, kalo gula, kok kopinya bisa asin gini?” tanyaku bingung. Simbah juga memandangku bingung. Tiba2 teman yang menawarkan kopi padaku tadi bertanya,”Tadi kopinya ngambil dari mana?” “Dari situ,” jawabku sambil menunjuk cairan hitam di gelas ukuran di meja makan besar. “Yah, itu ‘kan shoyu (kecap asinnya Jepun), kuahnya si soba (mie khas Jepun)!” kata temanku, dan langsung disambut dengan tawa riuh para hadirin. Oalah… ya maap, mana kutahu… wong warna dan kekentalannya sama gitu! Apalagi lampu di ruangan itu berwarna kuning, bukan neon putih, jadi ya nggak bisa ngebedainnya, lah! Jadilah daku sibuk meminta maap ke Simbah dan ibu2 Jepang tadi… hiks, malu bener, deh!

Akhirnya daku minum jus deh, ngilangin rasa “kopi asin” yang aneh tadi. Pas duduk di samping temanku dan istrinya, yang kini sudah bergabung dengan Simbah pula, dengan wajah perpaduan jail dan ceria dia bertanya,”Gimana kopi shoyu-nya? Enak?” Hehehe… tumis lodeh… plis, deh…*gurindam mode on, halah*. Sambil cengar-cengir, daku pun mendengar ceramah mereka, “Mana ada kopi ditempatin di gelas ukuran gitu, Fit…Fit….”

Pssst, mau tahu, kopinya di mana? Ternyata masih dalam teko, di atas kompor!

***

(Dari sini)

Nishi Chiba, 23 Agustus 2008 (23.29 JST)

*Di hari sejuk kedua pada musim panas ini…*