Thursday, May 15, 2008

Riset dan Teroris

Pada sesi tanya jawab di seminar, seorang pria Jepang berkata,”Risetmu ini menarik sekali, dan sangat berguna bagi teroris…” Aku yang sudah beberapa hari ini kurang tidur, langsung kaget sekaligus bingung mendengar komentarnya, sementara ruangan pun mendadak senyap. Spontan kubolak-balik hand out presentasi di depanku, mencari kata-kata yang mengindikasikan ke arah terorisme, dan tentu saja… nihil!

Sementara itu, si pria ini melanjutkan kata-katanya,”Sekedar informasi saja, saat ini saya sedang mengambil PhD di bidang International Security, makanya saya bilang, risetmu ini bisa sangat berguna bagi teroris yang ingin menyerang Jepang…”

Duh biyung…ngobrol, dong! Si Paklik, alias pembimbingku yang yunior, malah menimpali perkataannya sambil ketawa,”Betul, kamu serang aja tempat penampungan airnya, itu yang paling efektif…” disambut tawa geli hadirin, sementara aku cuma nyengir nggak ngerti, sambil masih memperhatikan pria itu dengan penasaran, mengapa kalimat tadi bisa terlontar. Selanjutnya dia menyampaikan pertanyaan yang “normal”, yang bisa kutanggapi dengan tenang terkendali.

Setelah seminar selesai, pertanyaan si pria ini masih terekam baik di otakku. Terus terang, aku agak prihatin dengan pola pikirnya. Hasil riset digunakan oleh teroris? Lho, memang kalau kita tidak melakukan riset, kemudian teroris tidak akan melakukan aksinya karena tidak ada data? Riset adalah bagian dari ilmu pengetahuan. Ilmu adalah kekuasaan. Dan kekuasaan, bagaikan pedang bermata dua, karena bisa digunakan untuk kebaikan, tapi juga bukan tidak mungkin disalahgunakan untuk keburukan. Semuanya tergantung dari si manusia itu sendiri, yang memegang kekuasaan.

Apakah karena takut pada teroris, kemudian kita membungkam ilmu pengetahuan, dan mengurung diri dalam dunia ketidaktahuan? Itu sih sama saja dengan kita duduk manis di rumah karena takut mengalami kecelakaan dan mati di luar sana, yang pastinya, amat sangat tidak realistis bagi semua orang.

Satu hal lagi, tidak hanya teroris yang bisa disalahkan ketika ilmu pengetahuan ini terselewengkan. Sejarah mencatat, pengejawantahan pertama teori relativitas Einstein yang termashur itu justru untuk membunuh banyak orang, dan dilakukan oleh Pemerintah AS, bukan teroris!

Jadi, jangan sampai berbagai kondisi negatif saat ini menghalangi kita untuk selalu menuntut ilmu, karena segala hal di dunia ini diciptakan berpasang-pasangan. Semuanya terpulang kembali pada hati nurani masing-masing, apakah kebaikan ataukah keburukan yang akan kita tuju dan jalankan?

***

“When knowledge is limited - it leads to folly... When knowledge exceeds a certain limit, it leads to exploitation” – [Abu Bakar ash-Shiddiq, 573-634 M]

*****

(Dari sini)

Nishi Chiba, 16 Mei 2008 (01.41 JST)

 Semoga Allah SWT senantiasa menempatkan kita dalam ridha dan lindungan-Nya…