Start: | Jan 10, '08 12:00a |
Sunday, December 30, 2007
Brownies Kismis
Description:
Dapet resep ini dari Dewi, aslinya sih Brownies Pisang, tapi karena aku kurang suka pisang, jadilah kuganti dengan kismis. Masih bingung dengan cara manggang di microwave oven, jadinya penampakannya ajaib, pertamanya mengembang bagus, eh...kok lama2 tengahnya ambles, kayak Krakatau ditelen lautan, hiks;(.
Tolong ajarin ngatur api bawah/atas di microwave oven, dong... manualnya in Kanji nih, huhuhu;(.
Ingredients:
- 200 gr cooking chocolate
- 100 gr butter
- 150 gr kismis
- 200 gr gula pasir
- 3 btr telur
- 180 gr tepung terigu
Directions:
1. Cooking chocolate dan butter ditim bersama, lalu dinginkan.
2. Kocok telur dan gula pasir hingga mengental dengan mixer, tambahkan adonan coklat tadi sedikit demi sedikit, sambil terus diaduk hingga rata (tanpa mixer).
3. Campurkan terigu sedikit demi sedikit dan aduk terus hingga rata.
4. Masukkan kismis, aduk sampai rata.
5. Tuangkan adonan ke loyang yang telah diolesi mentega, panggang dengan suhu 150 derajat selama 40 menit.
6. Siap dihidangkan;D.
***
Nishi Chiba, 1 Januari 2008 (01.11 JST)
Pasca test-drive si tampang ajaib, kue yang sukses dimakan selama setahun, hihihi;P
Saturday, December 29, 2007
Illuminations in Japan - 2007
Wednesday, December 26, 2007
Idul Adha Bareng di Dorm - 22 Desember 2007
Berhubung Idul Adha kemaren jatuh pas hari kerja, maka disepakati untuk merayakannya pas wiken, supaya banyakan yang dateng. Akhirnya jadilah, kami merayakan tgl. 22 Desember lalu, di asrama Chibadai.
Walaupun agak dingin, karena saat itu hujan seharian, namun Alhamdulillah banyak yang dateng, dan bisa kumpul2 dengan muslim dari berbagai negara.
Acara dibuka dengan perkenalan, serta kisah perayaan Idul Adha di berbagai negara. Setelah itu, begitu makanan dateng, maka acara inti pun dimulailah...makaaaan;D!
Saking cepetnya para makanan itu raib dari meja, jadinya tidak ada yang sempat diabadikan di sini, hehehe;D.
Ada 2 anak yang menarik perhatianku selama perayaan ini: si Pinky Baby (entah dari negara mana), yang Masya Allah lucu banget, dan heboh dengan topinya yang menutup mata;P, serta Abin-tunk, yang dengan bangganya memamerkan baju dan sepatu Magic Ranger-nya untuk kufoto, hehehe;D.
Seneng, kerasa juga lebaran walaupun jauh dari kampung begini;D.
Monday, December 24, 2007
Penggundulan pohon terang2an di Jepang!!!
Waktu ke kampus Kamis lalu, aku melihat penggundulan pohon besar2an di sepanjang jalan protokol depan rumahku. Aku kaget sekali, Jepang, negara yang paling heboh mempropagandakan anti global warming, kok bisa2nya melakukan ini...secara terang2an pula!
Ternyata...penggundulannya cuman untuk daun2 doang, supaya nggak mengotori jalanan, karena musim gugur akan berakhir, musim dingin telah menjelang, hehehe...
Have a nice and looooong holiday...don't be too serious, laah;D
Grup Lawak Srimulat
Rating: | ★★★★★ |
Category: | Other |
Sejak dulu, keluargaku sangat menyukai acara lawak, komedi, guyonan, banyolan, dan teman2nya. Itulah sebabnya, Abi selalu rajin membeli berbagai kaset lawak, mulai dari Warkop Prambors (saat itu masih banyakan personilnya), jula-juli Kartolo, Ludruk Mandala dengan Kancil dan Kabul-nya yang super kocak, serta Surya Grup yang beken dengan Jalal dan Suprapto (aka. Ester)-nya. Setiap ada waktu luang, kami selalu mendengarkan kaset2 ini bersama2, ditemani berbagai cemilan buatan Ummi.
Di samping itu, berbagai tayangan genre senada di TVRI Sta. Surabaya juga setia kami ikuti. Mulai dari ludruk, Ria Jenaka (Semar cs-nya Sampan Hismanto), ketoprak, dan tak ketinggalan… Srimulat. Yap, grup lawak yang berdiri di Solo sejak 1950 ini memang sangat berkesan bagi kami, terutama bagiku.
Sebetulnya kesan pertamaku terhadap Srimulat tidak begitu “indah”. Yah, saat aku masih TK dulu, tema Srimulat yang tampil di TV selalu berkisar tentang drakula, yang sangat baik diperankan oleh Paimo (menurutku, tidak ada pemeran drakula terbaik selain Paimo ini, asli…riasannya itu super mengerikan;(…apalagi di mata anak TK sepertiku). Itulah sebabnya, aku jarang menonton Srimulat sampai akhir, karena di babak akhir inilah sang drakula selalu muncul, hehehe;).
Ketika itu Srimulat agak jarang muncul di TV, kabarnya karena masih sibuk dengan aksi panggungnya di THR (Taman Hiburan Rakyat) Surabaya, dengan nama Aneka Ria Srimulat, sejak 1961.
Setelah Paimo wafat, Srimulat berganti tema, apalagi setelah bintang baru datang, Gepeng, yang identik dengan sang batur super kocak dengan serbet terselempang di bahu. Pertama kali Gepeng kulihat di acara Galarama (acara yang juga mengorbitkan nama Dorce Gamalama). Tayangan sekitar 10 menit itu sudah cukup untuk mengorbitkan nama Gepeng. Sayangnya, Gepeng ini menghilang secepat meroketnya pula. Setelah Gepeng wafat, tradisi perbaturan ini tetap diangkat sebagai tokoh sentral dalam tema Srimulat selanjutnya, dengan duet legendaris Timbul-Basuki, hingga terakhir kali aku menontonnya di SMA dulu. Setelah itu nama Srimulat sudah jarang terdengar. Berbagai persoalan, terutama hengkangnya beberapa pemain terkenal untuk membentuk grup sendiri, dihadapi oleh Srimulat, sehingga grup yang dipimpin oleh Teguh Slamet Rahardjo ini dinyatakan resmi berakhir tahun 1989.
Pindah ke Bandung untuk kuliah, tentu saja amat sangat mustahil untuk mengharapkan dagelan/komedi ala ludruk atau Srimulat yang sangat kental dengan muatan Jawa Timurannya untuk tampil di TVRI Bandung! Sampai akhirnya, kerinduanku akan lawakan bernuansa Jawa Timuran sedikit terobati, ketika salah satu TV swasta kembali menayangkan grup ini saat kami sekeluarga sudah pindah ke Jakarta.
Akhirnya, setelah sekian lama… bisa juga mendengarkan dagelan dengan dialek2 kocak Jawa Timuran ini! Terus terang, aku sedikit kecewa, karena di acara ini Srimulat menggunakan Bahasa Indonesia, sehingga celetukan2 Jawa Timuran kocak yang biasanya bermunculan menjadi hilang, sehingga lawakan grup tersebut tidak selucu biasanya. Yah, namanya juga siaran nasional, wajar kalau mereka menggunakan Bahasa Indonesia.
Sempat terpikir, kenapa tak dicoba untuk memberikan teks Bahasa Indonesia saja, seperti pada setiap tayangan ketoprak atau pun wayang orang, sehingga dialek2 lucu itu tetap tercipta? Tapi ya sudahlah, sudah ada Srimulat juga bagus, masih bisa menghilangkan kerinduan akan dagelan dan bahasa kampung halaman tercinta;P.
Sayangnya, berbagai masalah, terutama manajemen, tak lepas merundung grup ini. Akhirnya, walaupun banyak sekali pemain muda yang berusaha mempopulerkannya, namun banyak juga yang kebanyakan berakhir di hotel prodeo karena masalah narkoba, Srimulat lambat laun semakin meredup. Ditambah lagi dengan wafatnya beberapa pemain kondangnya, maka Srimulat ini menjadi nyaris tak terdengar.
Grup yang mempunyai semboyan”Lucu adalah aneh dan aneh adalah lucu” ini akhirnya tenggelam, menyisakan kenangan manis dan sejuta tawa bagi para penontonnya, dan berbagai masalah bagi para pemainnya. Memang banyak grup lawak lainnya, namun bagiku, tidak ada yang bisa menggantikan grup Srimulat ini. Ah, Srimulat, I miss you so much!
“Wassalam!” (Asmuni, 1980-an)
***
Nishi Chiba, 24 Desember 2007 (18.15 JST)
*Yang lagi kangen dialog Jawa Timuran*
(Foto diambil dari sini )
Grup Lawak Srimulat
Rating: | ★★★★★ |
Category: | Other |
Sejak dulu, keluargaku sangat menyukai acara lawak, komedi, guyonan, banyolan, dan teman2nya. Itulah sebabnya, Abi selalu rajin membeli berbagai kaset lawak, mulai dari Warkop Prambors (saat itu masih banyakan personilnya), jula-juli Kartolo, Ludruk Mandala dengan Kancil dan Kabul-nya yang super kocak, serta Surya Grup yang beken dengan Jalal dan Suprapto (aka. Ester)-nya. Setiap ada waktu luang, kami selalu mendengarkan kaset2 ini bersama2, ditemani berbagai cemilan buatan Ummi.
Di samping itu, berbagai tayangan genre senada di TVRI Sta. Surabaya juga setia kami ikuti. Mulai dari ludruk, Ria Jenaka (Semar cs-nya Sampan Hismanto), ketoprak, dan tak ketinggalan… Srimulat. Yap, grup lawak yang berdiri di Solo sejak 1950 ini memang sangat berkesan bagi kami, terutama bagiku.
Sebetulnya kesan pertamaku terhadap Srimulat tidak begitu “indah”. Yah, saat aku masih TK dulu, tema Srimulat yang tampil di TV selalu berkisar tentang drakula, yang sangat baik diperankan oleh Paimo (menurutku, tidak ada pemeran drakula terbaik selain Paimo ini, asli…riasannya itu super mengerikan;(…apalagi di mata anak TK sepertiku). Itulah sebabnya, aku jarang menonton Srimulat sampai akhir, karena di babak akhir inilah sang drakula selalu muncul, hehehe;).
Ketika itu Srimulat agak jarang muncul di TV, kabarnya karena masih sibuk dengan aksi panggungnya di THR (Taman Hiburan Rakyat) Surabaya, dengan nama Aneka Ria Srimulat, sejak 1961.
Setelah Paimo wafat, Srimulat berganti tema, apalagi setelah bintang baru datang, Gepeng, yang identik dengan sang batur super kocak dengan serbet terselempang di bahu. Pertama kali Gepeng kulihat di acara Galarama (acara yang juga mengorbitkan nama Dorce Gamalama). Tayangan sekitar 10 menit itu sudah cukup untuk mengorbitkan nama Gepeng. Sayangnya, Gepeng ini menghilang secepat meroketnya pula. Setelah Gepeng wafat, tradisi perbaturan ini tetap diangkat sebagai tokoh sentral dalam tema Srimulat selanjutnya, dengan duet legendaris Timbul-Basuki, hingga terakhir kali aku menontonnya di SMA dulu. Setelah itu nama Srimulat sudah jarang terdengar. Berbagai persoalan, terutama hengkangnya beberapa pemain terkenal untuk membentuk grup sendiri, dihadapi oleh Srimulat, sehingga grup yang dipimpin oleh Teguh Slamet Rahardjo ini dinyatakan resmi berakhir tahun 1989.
Pindah ke Bandung untuk kuliah, tentu saja amat sangat mustahil untuk mengharapkan dagelan/komedi ala ludruk atau Srimulat yang sangat kental dengan muatan Jawa Timurannya untuk tampil di TVRI Bandung! Sampai akhirnya, kerinduanku akan lawakan bernuansa Jawa Timuran sedikit terobati, ketika salah satu TV swasta kembali menayangkan grup ini saat kami sekeluarga sudah pindah ke Jakarta.
Akhirnya, setelah sekian lama… bisa juga mendengarkan dagelan dengan dialek2 kocak Jawa Timuran ini! Terus terang, aku sedikit kecewa, karena di acara ini Srimulat menggunakan Bahasa Indonesia, sehingga celetukan2 Jawa Timuran kocak yang biasanya bermunculan menjadi hilang, sehingga lawakan grup tersebut tidak selucu biasanya. Yah, namanya juga siaran nasional, wajar kalau mereka menggunakan Bahasa Indonesia.
Sempat terpikir, kenapa tak dicoba untuk memberikan teks Bahasa Indonesia saja, seperti pada setiap tayangan ketoprak atau pun wayang orang, sehingga dialek2 lucu itu tetap tercipta? Tapi ya sudahlah, sudah ada Srimulat juga bagus, masih bisa menghilangkan kerinduan akan dagelan dan bahasa kampung halaman tercinta;P.
Sayangnya, berbagai masalah, terutama manajemen, tak lepas merundung grup ini. Akhirnya, walaupun banyak sekali pemain muda yang berusaha mempopulerkannya, namun banyak juga yang kebanyakan berakhir di hotel prodeo karena masalah narkoba, Srimulat lambat laun semakin meredup. Ditambah lagi dengan wafatnya beberapa pemain kondangnya, maka Srimulat ini menjadi nyaris tak terdengar.
Grup yang mempunyai semboyan”Lucu adalah aneh dan aneh adalah lucu” ini akhirnya tenggelam, menyisakan kenangan manis dan sejuta tawa bagi para penontonnya, dan berbagai masalah bagi para pemainnya. Memang banyak grup lawak lainnya, namun bagiku, tidak ada yang bisa menggantikan grup Srimulat ini. Ah, Srimulat, I miss you so much!
“Wassalam!” (Asmuni, 1980-an)
***
Nishi Chiba, 24 Desember 2007 (18.15 JST)
*Yang lagi kangen dialog Jawa Timuran*
(Foto diambil dari sini )
Saturday, December 22, 2007
Kasih Ummi… Susah untuk Dipahami
Setiap kali aku membayangkan sosok Ummi, semakin bertambah kekaguman dan ketidakmengertianku padanya. Ummi yang kukenal, adalah seorang wanita yang sangat lemah lembut dan sabar. Namun di satu saat, ia bisa begitu marah kepada seseorang, ketika kakakku (yang baru berusia 4 tahunan saat itu) nyaris dicederainya.
Ummi juga sangat takut dengan ulat, ulat bulu, dan teman-temannya. Namun ia selalu dengan rela bertarung dengan para ulat itu, demi sambel goreng pete kesukaan adikku, ataupun sayur brokoli kegemaranku.
Ummi yang sangat takut melihat darah, dengan sabar dan tanpa mengeluh membersihkan darah yang mengucur dari daun telingaku, ketika sobek karena tersangkut bangku saat berayun-ayun di kelas 1 SD dulu.
Ummi yang penyuka pedas, dengan senang hati selalu membuatkan masakan khusus bagi Abi dan aku yang tidak tahan pedas, dan kemudian menyediakan menu pedas bagi dirinya dan kakak-adikku. Belakangan baru kutahu, betapa susahnya untuk menyediakan kedua jenis masakan itu, dengan rasa yang tetap nomor satu!
Ummi yang tidak mampu berpuasa setelah terkena stroke, selalu bangun dan menyiapkan sahur untuk kami, walaupun kami sudah berkali-kali melarangnya. “Pengen nemenin,”begitu jawabnya, sambil menemani kami sahur bersama dan menonton acara pengantar sahur di TV.
Ummi yang kaki kanannya agak lemah sejak terkena osteoporosis, tetap bersikukuh untuk memasak bagi anak-anaknya. “Makanan beli rasanya nggak enak, mending masak sendiri saja, lebih sehat,”begitu dalihnya, ketika kami selalu melarangnya, dan menganjurkan untuk beli makanan di warung sekitar saja.
Ummi yang terbiasa tidur malam agak awal, selalu terjaga dan setia menanti bila aku pulang larut dari kantor, walaupun sudah kutelepon sebelumnya. “Nggak bisa tidur kalau kamu belum pulang, takut ada apa-apa,”begitu katanya, setiap kami menganjurkan supaya tidur saja tanpa menungguku, karena adik/kakak yang terbiasa tidur larut pasti akan membukakan pintu untukku.
Ummi yang kini hanya terbaring di tempat tidur, selalu bertanya tanpa suara, apakah kami sudah makan atau belum. Bila kami jawab sudah, maka senyumnya akan mengembang, dan berlanjut dengan pertanyaan,”Makan apa?” Bila jawaban belum yang terucap, maka dahinya mendadak berkerut tanda tak suka, dan berucap lagi,”Kenapa?” Hingga jawaban,”Nanti dulu, masih kenyang,” atau,”Sebentar lagi, nungguin makanan datang,” akan kembali menghilangkan kerut di dahinya.
Ummi, ah… Ummi… begitu besar cintamu kepada kami, terlalu besar untuk dapat dipahami, dan tak mungkin terbalas oleh cinta kami. Terima kasih saja tak akan pernah cukup untuk menghargai setiap bening cintamu. Hanya sebaris doa yang dapat kuucapkan, Semoga Allah SWT selalu melimpahkan yang terbaik bagimu, dan menempatkanmu dalam lindungan-Nya.
***
Nishi Chiba, 22 Desember 2007 (18.03 JST)
Thursday, December 20, 2007
Edisi Revisi: Delapan yang Semoga Tergapai di 2008 (PR dari Enit)
Berhubung terjadi perkembangan baru menjelang akhir tahun seperti yang tercantum di sini, dan mempertimbangkan juga berbagai hal, maka harapan untuk 2008 saya revisi menjadi sebagai berikut…(lihat tambahan no. 6 di bawah).
Yang mbahurekso PR bilang begini:
Bikin 8 Resolusi hidup kamu untuk 2008 (WAJIB 8 - ga kurang ga lebih)
Sebarkan ke 8 orang, yang kamu tunjuk dan kamu anggap dia perlu perubahan, dan sebutkan alasan kamu : kenapa milih dia.
Kamu mesti mampir ke 8 orang tersebut, untuk ngasih tau bahwa mereka dapet PR dari kamu....
Yang kesripahan PR menjawab demikian…” Insya Allah saya ingin…:
1. jadi orang yang lebih baik dan bermanfaat;
2. Ummi dan keluarga sehat dan selalu dalam lindungan-Nya;
3. lulus sekolah tepat waktu;
4. kembali ke tanah air dan mengamalkan ilmu yang didapat;
5. dapet pekerjaan yang family friendly;
6. lulus JLPT level 2 (uhuy, sebelumnya mimpi aja nggak berani, hihihi);
7. belajar menulis yang lebih “bener”, bukan menulis halus lho, ya;
8. ngumpul dengan keluarga tercinta dan wisata kuliner bareng….”
Kenapa menggenapkan setengah dien dihilangkan dari daftar? Yah, setelah dipikir2, untuk hal yang satu ini amat sangat tidak pasti (dari sisi manusianya), karena yang pasti mengetahuinya hanya Allah…jadinya ya, kok nggak enak hati kalau ngasih deadline ke Beliau buat ngasih bocoran, emangnya siapa daku, hehehe….
Jadi untuk yang satu ini dijalanin sajalah, Insya Allah kalau memang sudah tiba waktunya, kelak juga akan dipertemukan (jadi inget omongannya Mbak Dee). Tapi Insya Allah tetep usaha, kok…’
Begitulah teman2, sedikit perubahan resolusi karena perkembangan menjelang akhir tahun…sekali lagi ini harapan bukan target, jadi ya kalau tercapai Alhamdulillah, kalau nggak ya nggak masalah, Insya Allah selalu ada hikmah di balik semuanya, yakin usaha sampai.
***
Nishi Chiba, 21 Desember 2007 (00.38 JST)
Kembali Ber-Nihongo:)
Gara2 kejenuhan tingkat tinggi minggu2 kemaren, akhirnya aku menuruti kata temen2. Ini pun setelah curhat ke berbagai media, baik elektronik maupun verbal (*halah…hiperbola skalee). Kesimpulannya sih cuman dua: 1) kejenuhanku itu karena selama ini cuman heboh ngurusin riset doang, jadi bosen, deh..nggak ada pergantian suasana (ya iyalah, wong ngerjainnya di rumah terus, karena programku nggak boleh diinstal di komputer kampus … kampus yang aneh); dan 2) karena kerjaan monotonik (bukan isotonik…, eh ini minuman apa kerjaan, sih?), jadinya faktor kepepet nggak ada sama sekali. Lho, apa hubungannya? Erat sekali temen2, karena bonek yang satu ini selalu ngerjain sesuatu pas udah kepepet…nggak tau kenapa, kalo udah kepepet, para ide dan ilham itu saling bermunculan, padahal sebelum2nya dipancing2 nggak muncul2 juga, entah duduk manis di mana.
Nah, akhirnya, berhubung baito (=kerja part time) membutuhkan ijin Sensei, dan ini akan berakibat pada terperangkapnya daku untuk baito di kampus (yang sangat kuhindari, karena ini tidak memecahkan masalah 1: pergantian suasana), maka aku beralih ke kursus gratis. Kursus apa yang banyak tersedia gratis di sini kalau bukan… yap, Nihongo (Bhs. Jepun)!
Jadilah tgl. 10 Des., dengan niat kembali ke asalnya (belajar Jepun yang baik dan bener), aku dianter Jeng Cici dengan bersepeda ke OSF, dan disarankan pihak OSF untuk ikut kelas Selasa jam 15.00 (hari itu juga), buat Intermediate level (*ehem*, jadi nggak enak ati, nih…si buta huruf masuk intermediate). Gara2nya pas daftar ditanya2, pernah kursus kapan dan di mana. Yah, kujawab aja, di Saidai, th. 2001, Intermediate level.
Di sini juga ada kelas percakapan (=kaiwa), setiap Jumat, dan Jumat itu adalah kelas terakhir, jadi menunya eh, acaranya adalah cake decorating! Waduuuh, pengen banget, sayangnya ini bentrok dengan jadwal ke
Setelah itu, aku langsung ke Sencity, sementara Jeng Cici kembali ke rumah, menjemput para ananda tercinta. Di sini niatnya juga masih kukuh: sinau Nihongo gratis di CCIA, alias
Jadilah sepeda kutinggalkan di eki, karena daku belum bisa bersepeda satu tangan sambil megang payung ala orang Jepun. Eh, pernah juga kulihat orang Jepun sepedaan sambil megang payung, terus tangan lainnya mencet2 HP…jadi si setang dibiarkan bergerak dengan sendirinya, di tengah jalan yang licin dan basah! Hebat emang orang Jepun ini…kemampuan bersepedanya advanced banget.
Jadilah aku ke OSF dengan langkah setengah melayang (hiperbola lagi, pastinya), takut telat di kelas pertama. Ternyata aku kecepetan 10 menit, dari eki ke OSF cuman makan waktu kurang dari 15 menit!
Begitu dikenalkan dengan si Sensei, sebut saja Pak Tanaka, aku langsung bilang kalau kanji-ku sudah raib semua, sekaligus mohon maaf kalau memperlambat kelas gara2 itu nantinya…hehehe…trik lama, sebelum kena, pengakuan dosa dulu, deh. Untungnya si Bapak pengertian banget, dan langsung nebak,”Kuliahnya Bhs. Inggris, ya?” Yah, mana ada orang buta huruf kanji padahal udah 2 tahun sekolah di Jepun, kalo nggak pake English.
Begitu dibagiin buku (ini cuman dipakai selama kursus, tidak boleh dibawa pulang), yang ada aku langsung bengong, karena judul bukunya aja aku nggak bisa baca, wong pake kanji semua. Dan yang lebih parah lagi, temen sekelasku ternyata 2 orang wanita, dari
Nah, tanpa ba bi bu lagi, begitu kita berempat ngumpul, si Bapak langsung nyuruh buka halaman 105, dan aku kebagian jawab soal pertama!! Wadooow, baca perintahnya aja nggak bisa (in kanji, pastinya), lah kok disuruh jawab. Untungnya, dengan nebak2, eh ternyata bener, hihihi…slamet, deh. Si Bapaknya baik banget, berhubung di awal kalimat ada kanji, jadi dia bacain kanjinya, setelah itu aku baca sendiri, dan agak2 kaget juga, ternyata daku masih lumayan inget hiragana dan katakana, hehehe (*senyum jail mode on*).
Lucunya, belakangan si Bapak ini jadi barterin aku dengan temen2 lain. Maksudnya gini, kalo pas baca kanji, salah satu dari mereka suruh bacain, terus pas ngartiin kalimat itu pake English ke mereka, gantian daku yang ditunjuk (padahal aku juga masih nebak2, soalnya kalo ngartiin letterlijk sih, jelas gak mudheng, hehehe…). Jadinya, Alhamdulillah…bisa merasa agak enjoy di kelas ini, deh!
Walhasil, pulanglah daku dengan gembira, walaupun karena saat pulang sudah gelap, ba’da Maghrib, jadilah penyakit lamaku kumat: nyasar dengan sukses! Mana pas hujan pula, jadi nyari orang buat ditanya agak susah, wong lagi winter dan hujan begini, pastinya orang males keluar rumah. Untungnya tak lama ada seorang ibu setengah baya yang lagi heboh ditarik2 oleh anjing Siberia-nya yang lincah. Waktu bertanya ke si ibu arah ke Chibadai, eh, malah diajak jalan bareng sampe ke tujuan, syukurlah.
Sambil jalan, aku bertanya2 tentang si
***
Lain lagi kisah di CCIA kemaren, di mana kursusnya one on one. Senseinya seorang ibu, sebut saja Ibu Shimada. Setelah berkenalan, si Ibu nanya riwayat perjepunanku. Kujawab dulu pernah kursus sampe tamat Shin Nihongo No Kiso II (kebetulan buku ini kubawa dan kutunjukkan padanya). Pas nanya lagi, jadi aku pengennya kursus kayak gimana? Akhirnya kujawab aja, dulu pernah ikutan JLPT (Japanese Languange Proficiency Test) Prediction, karena kursus dulu cuman sampe September, sementara JLPT hanya diadakan setiap Desember (halah, emang TOEFL kali ya, pake Prediction segala, hihihi), untuk 3-kyu, dan lewat (walaupun skornya mepet abis, passing grade 60%, daku cuman 62%, pokoknya kan lulus, hihihi). Jadi ya, pengen nyoba JLPT beneran untuk 2-kyu, deh…(uhuy…sombong betul si bonek ini, buta huruf aja mimpi lulus 2-kyu).
Jadilah kami berdua ke staf CCIA lagi, nanya buku untuk persiapan 2-kyu, dan ternyata nggak ada. Setelah berkali2 aku bilang kalau itu terjadi 6 tahun lampau, hampir semuanya lupa, jadi pengen mengingat lagi, barulah si Mbak CCIA ini memberikanku buku Minna No Nihongo II.
Ibu Shimada panik pas buku itu dapat kubaca dan kuselesaikan soal2nya (di bab2 awal) dengan lancar. “Kantan sugiru, desu ne…dou shimasou ka?” (Kelewat gampang, ya…jadi enaknya gimana, dong?) Aku jadi bingung sendiri.
Ya iyalah, kalau cuman baca hiragana dan mengganti contoh yang ada dengan kata2 lainnya atau menjodohkan, semua orang juga bisa lancar, lagi! Yang susah
Akhirnya aku bilang aja, pengen belajar kanji, karena hampir semuanya raib. Dan si ibu dengan bersemangat mengeluarkan bukunya, pelajaran kanji untuk…kelas 1 SD! Hihihi…kebanting abis, deh…grammar boleh intermediate, tapi kanji mah…super duper basic, gimana si Ibu nggak pusing.
Untungnya, ternyata kanji di 1 SD itu cuman angka 1-10 dan kanji dasar seperti yama (gunung), kawa (sungai), dkk., sehingga dalam waktu kurang dari 1 menit, aku langsung naik kelas, pake buku kanji untuk 2 SD, hehehe! Naek kelasnya cepet bener deh, Bu! Akhirnya si Ibu, setelah berpikir keras, mengusulkan untuk berlatih soal2 JLPT 2-kyu di kelas berikutnya, yang langsung kusambut dengan senang hati…iya lah, yang pasti2 gitu aja, deh.
Jadilah sekarang hari2ku lebih berwarna…cieee…ada Ibu Shimada dengan persiapan 2-kyu, ada Pak Tanaka dengan terjemahan kalimat dadakan ke English, dan pastinya… ada setoran yang tak kunjung padam, hehehe…. Semoga saja lancar semuanya…supaya si bonek ini tidak lagi ngerepotin orang2 dengan problem perjepunannya.
***
Nishi Chiba, 21 Desember 2007 (00.17 JST)
Katakana (dari sini)